Hai Hai.. ini aku lagi iseng aja, mau buat cerbung yang isinya tentang 8D.
Tapi entah, cerbung bakalan berhasil atau ngga. Ntar kaya 'You Belong With yg masih stuck di chapter4-_-haha ya doain ngga aja yaa.. hmm oke lah langsung aja, check it out!
Sarah Salsabila’s POV
Entahlah, sudah beberapa hari
belakangan ini mataku selalu tertuju pada laki-laki itu. Aku mengenalnya sejak
aku masuk di kelas 8D ini. Ia memang bukan anak yang termasuk tenar di
angkatanku ini, makanya aku baru mengenalnya dikelas 8. Ia memiliki kulit hitam
manis, rambutnya ikal, ia memiliki suara yang melengking yang menjadi ciri
khasnya. Ia masuk dalam sebuah band yang baru terbentuk. Ia adalah drummer.
Yaa, Rizaldy Ramadhan itulah dia, biasanya aku memanggilnya dengan sebutan
Oong, entahlah mengapa bisa dipanggil Oong, tapi aku suka dengan panggilannya
itu.
Satu bulan sudah semenjak hari
pertama di kelas 8. Aku dan Oong menjadi dekat, kami sering ke kantin bersama,
dan menyanyi dikelas saat free class. Sampai
suatu saat, ia tak lagi sering bersamaku, ia lebih memilih untuk berbagi
ceritanya dengan sahabat barunya, Dhea. Dhea bisa dibilang dia adalah
sahabatku, yaa kami saling mengenal sejak kelas 8.
Hari ini waktunya untuk rolling tempat duduk, teman sebangkuku
Regita pindah kedepan karena jika duduk di paling belakang penglihatannya
sedikit tidak jelas. Aku sudah sedikit kehilangan moodku pagi itu, ditambah lagi, yang duduk didepankua yaitu Dhea
dan Oong. Today is not my lucky day, really!
Dhea dan Oong selalu ngobrol saat
jam pelajaran berlangsung, aku tidak suka, sungguh. Entah mengapa aku sering
merasa sesak dan sedikit cemburu jika
ada seseorang yang tidak aku sukai berada didekat Oong. Aku tidak mau Oong
pergi meninggalkanku. Mungkin,.. aku memiliki sedikit rasa padamu Ong..
mungkin.
Aku memang masih memiliki Ditra, Titha, Rere, dan juga
Morien, tapi tidak lagi menyenangkan seperti dulu. Ditra terlalu sibuk dengan
dunia blog-nya yang sedang ia gemari, Titha terlalu sibuk dengan tugas-tugas
Matematika dari Ibu Sum tersayang, Rere sibuk dengan pramukanya, dan Morien
sibuk dengan latihan renangnya. Tidak adakah yang bisa mengerti aku ??
Semakin hari Dhea dan Oong semakin dekat saja, dunia seakan
milik mereka berdua. Aku mulai merasa ada sesuatu diantara mereka. Rasa ini,
rasa sesak yang tak lagi bisa kutahan, perlahan air mataku mulai berjatuhan..
disini. Dikelas. Tanpa ada orang satupun. Sendiri. Aku terus menangis. Semua
anak sedang praktikum di lab, untungnya aku sudah melakukan praktikum itu
duluan. Suara rintik hujan mulai memenuhi ruang kelas ini, suasana menjadi
sangat sunyi. Sangat terasa dinginnya udara dikelas. Semakin terasa kesunyian
dikelas dan juga dihatiku.
Luhputu Parramahittha Sari Suardika’s POV
Setiap hari terasa sama bagiku.
Bangun tidur, mandi, melakukan rutinitas pagi, sekolah dan seterusnya. Sama.
Total. Anehnya aku tak pernah merasa bosan dengan semua itu. Setiap pagi, saat
semua anak 8D sedang membaca juz ‘amma aku
selalu menyibukan diri dengan berbagai macam buku dimejaku. Aku nonmus, jadi
tidak lagi menjadi hal yang aneh bagi teman-temanku.
Aku memiliki sahabat, sahabat yang
bisa dibilang close enough hehe.
Mereka adalah Sarah, Ditra, Rere, Morien, juga Ainun. Kita sangat dekat dari
awal masuk ke kelas 8, padahal kita berasal dari kelas yang berbeda, aku dan
Ditra di kelas 7e, Morien di kelas 7a, Rere dikelas 7b, Sarah di 7c, dan Ainun
dikelas 7g. Menurut mereka semua aku termasuk anak yang pinter, saking
pinternya jarang buat aku buat gabung sama mereka. Sampai suatu hari aku merasa
semua menjauh, mereka memang tidak sepenuhnya jauh dariku, mungkin hanya aku
yang merasakan jarak ini, atau jarak ini memang ada.
Bel berbunyi, biologi menjadi
pelajaran pertama hari ini. Kami disuruh membuat kelompok yang terdiri dari 6
orang, yaa pastinya aku bersama sahabat-sahabatku itu. Kita berenam kumpul
dimeja ku dan Ditra yang kebetulan berada tepat ditengah ruangan kelas. Suasana
dikelompok kami awalnya ramai, sangat ramai, tentunya karena ada Ditra dan
Morien yang suka nge-jayus, dan Rere, Sarah juga Ainun yang ketawanya bikin
suasana makin ramai. Tapi jujur, mood sedang tidak bagus, biasanya aku
selalu ikut men-jayus atau tertawa sangat keras, tapi hari ini aku sangat ingin
belajar, karena sebentar lagi akan UAS.
Suasana ramai tadi berubah total
ketika aku menghentikan keramaian diantara sahabatku. Bingung, marah, kesal,
dan sedih, semua aku rasakan, aku merasa tidak enak karena mungkin aku telah
menghancurkan mood sahabat-sahabatku,
tapi apa boleh buat, sebentar lagi kita akan UAS, kita harus belajar, dan
berusaha mengumpulkan nilai tugas yang belum terkumpul. Suasana menjadi hening,
sangat hening, kulihat Ditra kembali menggambar-gambar dibukunya, Rere dan
Sarah kembali memainkan iPhone milik Rere, Morien dan Ainun berfoto-foto. Aku ?
sendiri. Melihat sekeliling kelasku, kelasku yang tadinya ramai menjadi sunyi.
Aku bingung. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali sibuk dengan soal biologi
ini.
‘Sini Ti, gue bantu’ terdengar suara
dari belakang, Ditra. Ia duduk disampingku, lalu mulai mencari-cari jawaban di
buku. ‘Hmm, gausah Dit hehe, biar aja aku sendiri,kalian kan lagi sibuk, aku
gapapa ko, nanti malah ganggu kalian’ aku menolaknya. Karena aku merasa
bersalah kepada mereka. ‘iih Titha ya gapapalah, ini kan tugas kelompok masa
ngerjainnya sendiri, yang sibuk kan mereka, gue sih ngga’
Pelajaran pertama selesai, tugasnya
pun selesai, mungkin aku tidak akan bisa mengerjakannya kalau tidak dibantu
oleh Ditra. Setelah jam pertama, Rere, Morien, Ditra, Sarah dan Ainun bermain
didepan kelas. Aku bisa mendengar gelak tawa mereka semua. Sedih rasanya aku
tidak bisa bergabung. Dikelas aku hanya asik dengan buku Matematika-ku dan ipad
ku, ipad-ku pun aku gunakan untuk mencari info di google tentang pelajaran.
Pagi ini
sudah aku lewati, sikap mereka masih saja sama sampai pulang sekolah. Dingin.
Entahlah, mungkin aku yang terlalu sibuk dengan duniaku? Atau mereka yang lupa
padaku? Atau aku yang tidak peduli pada mereka? Atau... oh God! Aku ga bisa
fokus belajar dengan situasi seperti ini, jujur ini semua sangat menyiksaku.
Aku ga bisa melakukan semua tanpa mereka. Aku rindu mereka.
Mengapa
semuanya harus terjadi disaat aku butuh mereka untu menjadi penyemangat ku?
Mengapa semuanya terjadi disaat mau UAS? Mengapa semuanya terjadi disaat
seperti ini? apa mereka semua memang benci padaku? Apa mereka tidak lagi ingin
berteman denganku? Tuhan.. bantu aku menjalani semua ini, aku ingin semuanya
cepat selesai..
Kresna Putra Brata’s POV
Aku
memasuki ruang kelas 8D. Ketika aku masuk, semua mata terpanah kearah ku.
Menatapku dengan tatapan tajam, seperti ada sesuatu yang salah padaku. Aku mempercepat
jalanku menuju tempat duduk ku dibangku barisan paling kiri kedua dari
belakang. Aku lalu duduk, mata-mata itu masih melihat ku dengan tajam dan
sinis. Terutama Sarah, kulihat Sarah duduk disamping Rere sambil menepuk
pundaknya. Ada apa ini? apa salahku? Apa hubungannya dengan Rere?
Yaa
memang dulu aku dan Rere memiliki sebuah hubungan, tapi.. itu dulu, sampai
kemarin aku memutuskan hubungan ini. Kalau ditanya mengapa aku memutuskan untuk
menyudahi hubungan ini, akupun tak tahu alasan yang tepatnya. Yaa aku hanya
merasa kita sudah tidak saling cocok satu sama lain. Aku sayang dia.. dan aku
tidak ingin merusak pertemananku dengannya.. aku janji pada diriku sendiri aku
tidak akan menyakiti hatinya lagi.
“tega lo Kres.. maksud lo apa sih!” Teriak Sarah.
“Apa sih Sar? Kita ga ngerti”
“Ga usah sok polos! Beraninya kamu..”
“jangan salah sangka dulu lah! Denger penjelasan dulu..”
“Ga perlu Kres!”
Hmm..
mungkin Sarah tidak dalam mood yang baik, ia biasanya selalu bisa mendengar
alasanku. Sekarang tidak. Dia lebih memilih untuk mendengar cerita ini dari
orang lain, dan bukan dariku. Sar.. denger gue sekali aja. Gue punya alasan,
gua bukan seperti cowo yang kamu maksud Sar.
Sudah
beberapa hari setelah kejadian itu. Anak 8D sudah mulai mendekat lagi, aku
sudah cerita ke beberapa sahabatku dikelas, seperti Rafi, Imam, dan Ditra.
Entahlah mereka memang selalu bersedia mendengarkan ku. Menurut mereka aku
seharusnya bisa mendekatkan Sarah dan Rere. Agar aku bisa menjelaskan alasan.
Tapi sulit. Sulit sekali. Sarah selalu menghindar, Rerepun begitu. Jujur aku ga
punya banyak waktu untuk ngurusin ini semua. Aku memang peduli sama mereka,
tapi.. i’ll try, but i can.. so, gue cape, mungkin memang belum saatnya aku
buat ngasih penjelasan, mereka butuh waktu, aku akan coba lagi lain kali.
“Dit, kita ga bisa keluar kelas ini. Kita lemah!”
“hah? Kamu diapain lagi Kres? Waduhh”
“Ngga Dit, itu si itu, ada didepan kelas.. aduh Dit, kita melemah”
“Ih alay lo! Idiiy, jadi beneran suka?”
“Gatau dit kayanya mah dianya ngga suka”
“Ya minta kepastian atuh”
“Ya gimana Dit, buat ngeliat dia aja kita udah lemah, apalagi eyes to eyes”
“Idih bahasanya.. ya udah kamu tunggu saat yang tepat aja!”
“hah? Kamu diapain lagi Kres? Waduhh”
“Ngga Dit, itu si itu, ada didepan kelas.. aduh Dit, kita melemah”
“Ih alay lo! Idiiy, jadi beneran suka?”
“Gatau dit kayanya mah dianya ngga suka”
“Ya minta kepastian atuh”
“Ya gimana Dit, buat ngeliat dia aja kita udah lemah, apalagi eyes to eyes”
“Idih bahasanya.. ya udah kamu tunggu saat yang tepat aja!”
Entah setiap
melihat anak itu hati.. rasanya.. melting..
ga bisa nafas.. sejak aku putus dengan Rere aku memang tidak berniat untuk move ke siapapun, tapi ketika melihat
sosok wanita seperti dia ini.. hm kayanya aku harus buang niatku itu. Hakhakhak..
Dia. Dia.
Dia cewe yang buat aku melting miring
salting #alaaah. Tapi semua itu memang benar. Dia memiliki rambut hitam lurus
sebahu. Dia memiliki senyuman yang manis. Tawanya selalu membuatku ingin
terbang. Suaranya lucu, dan juga unik. Dia. Dia adalah perenang hebat. Dia mengikuti
OSIS, dan untungnya kita ada di satu siebid yang sama. Dia, dia adalah Morien
Ayu Widya Pangestika. Aku memang sudah mengenalnya dari dulu, tapi rasa ini
baru datang sekarang. Ketika kami sedang rapat untuk PORAK (Pekan Olah Raga
Antar Kelas). Senyumnya membuatku semangat untuk datang rapat. Mungkin kini aku
akan mengejarnya.. tapi entahlah, seperti kata Ditra, aku harus berani
menanyakan kepastian padanya. Tapi jujur, aku belum berani. Aku tidak sekuat
yang Ditra fikir. Hmm tapi mungkin aku akan mencoba bertanya padanya.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar