Selasa, 04 Desember 2012

[SHORTSTORY] Kata Maaf Terakhir

Hai Hai.. aku mau ngepost short story lagi nih hehe..
oiya shortstory ini, pernah menang loh di lomba yang Ka Titi buat diblognya huehehe, mau tau blognya? check here
Sorry yaa belum bisa ngepost You Belong With Me chapter5, soalnya masih sibuk ujian nih #eaa
okee, enjoy this story! xoxo



Gestu hanya terdiam. Tak ada kata. Sedikitpun. Suasana menjadi sangat canggung. Aku terdiam, menunggu apa yang akan Gestu katakan. Tidak satupun dari kita berdua yang berani memulai pembicaraan ini. Sunyi, sepi, bingung, sedih perasaan semua menjadi satu.

Gestu adalah kekasihku, ia memang pendiam dan cuek, biasanya dia tidak sedingin ini kepadaku. Sungguh. Aku tidak mengerti padahal selama ini aku selalu mengalah, aku selalu mengerti keinginannya, apa salahku sekarang ? andai Gestu mau mengatakan apa yang membuat dia bersikap sedingin ini aku mungkin sudah merubahnya.
Kami memang memiliki beberapa masalah belakangan ini, masalah yang yaa.. cukup kecil, tapi jangan salah, kalau Gestu sudah beraksi, masalah sekecil apa pun bisa menjadi masalah yang sangat besar.

Penah Gestu sangat marah padaku, waktu istirahat aku bermain dengan Ridho, yaa dulu kami memang memiliki sebuah hubungan, tapi itu DULU. Gestu terus menyalahkanku, memaksaku untuk mengakuinya, hingga akhirnya meminta maaf. Maaf ini bukanlah maaf yang pertama kali, aku sudah sering, cukup sering untuk meminta maaf kepadanya, yaa mungkin dia memang egois, tapi aku tidak mau dan tidak akan pernah menyalahkannya, karena Titi sayang Gestu. Sayang sekali.

Sungguh. Aku tidak bisa. Aku tidak mau kehilangan kamu, Ges. Kamu sudah terlalu banyak memberi harapan padaku yang pada akhirnya kau juga yang menghapus harapan itu.

Lagi-lagi kemarin Gestu marah kepadaku, gara-gara aku lupa mengucapkan ‘selamat pagi’. Oh god! Gestu Rosmayadi Asad! Ngertiin dikit, aku sibuk, karena kemarin aku menjadi petugas bendera. Gestu marah, dia tidak menyapaku, pulang sekolah kami berbicara tentang ini. Seperti biasa ia tidak mau disalahkan, akhirnya aku yang meminta maaf lagi padanya. Gestu egois. Titi ga suka Gestu kaya gitu! Malamnya ia marah karena aku mentionan dengan Ridho, karena sudah terlalu malam untuk bertengkar, aku langsung meminta maaf.
Yaa cape. Sungguh berat. Tapi aku sudah terlanjur sayang. Aku tidak bisa meninggalkanmu, Ges.

Suasana masih sama, aku memberanikan diri untuk memulai semua..
“Hm, Ges ?”
“Iya Ti ?”
“Hmm, gimana kemarin By One nya ?”
“Lancar Ti hehe..”
“Ges, Titi mau nanya boleh ?”
“Apa ?” sikap Gestu mulai dingin kembali.
“Hmm.. Gestu hari ini cuek deh ke Titi. Gestu kenapa ?”
“Titi tau kan, sifat Gestu tuh emang gini ?”
“Tapi semuanya beda Ges”
“Beda gimana sih Ti ? Gestu biasa aja”
“Beda Ges, beda. Jangan gini Ges, kasih tau ke Titi, Titi salah apa”
“Kamu ga salah apa-apa Ti”
“Kalau emang Titi ga salah, kenapa Gestu kaya gini ? kenapa Ges?”
“Ti, jujur, kamu milih aku atau Ridho ?”
“Jelas kamulah Ges. Apa sih yang ada difikiran kamu sampe kamu nanya kaya gini?”
“Kalau emang masih suka sama Ridho, gapapa Ti, Gestu mundur”
“Ga Ges. You! The one and only for me!”
“Gestu tau semuanya Ti, Titi masih sering ada kontak kan sama Ridho? Titi masih care  kan sama Ridho ? Titi masih...”
“Stop Ges! Listen to me! Aku sayang Gestu, please Ges, jangan kaya anak-anak gini! Ridho tuh masa lalu, lagian kita temen”
“Aku emang childish Ti. Temen ? it can be more. Kamu bisa suka lagi sama dia, atau kebalikannya kan? Gimana caranya biar aku percaya Ti?”
“Gini Ges, aku emang pernah suka dan sayang sama Ridho, tapi itu dulu, setahun yang lalu. Ges.. aku sayang kamu. Ngertiin aku, percaya aku”
“Aku ngertiin kamu ko Ti”
“Ngertiin ? apanya ? kita udah ngejalin hubungan sekitar 3 bulan, selama 3 bulan itu kita selalu ada masalah, dan hampir semuanya itu masalah kecil yang menjadi besar karna kamu yang terlalu sensitif. Dan hampir disetiap masalah aku yang minta maaf Ges! Kamu tau itu ga ? itu yang kamu bilang ngertiin ? sorry Ges, Titi ngomong kaya gini, jujur Titi cape Ges” 

Gestu hanya terdiam. Kulihat mata coklat besarnya terus berputar. Berfikir. Yaa, aku tahu Gestu baru sadar bahwa selama ini dia yang terlalu egois.
Aku menangis, menunggu jawaban apa yang akan Gestu ucap. Aku tidak sanggup lagi menahan tangisan yang terlalu banyak ini. Aku memutar tubuhku, lalu berlari, tetapi ada yang menahan, tanganku dipegang, oleh tangan yang sangat aku kenal, tangan yang pernah menolongku saat ku jatuh dilapangan, tangan yang menolongku saat kulit tanganku melepuh karna lilin batik, tangan yang selalu menghiburku saat memetik senar gitar. Tangan itu, Gestu Rosmayadi Asad. Ia menahanku agar tidak pergi meninggalkannya. Aku terdiam. Tidak membalikan tubuhku. Tubuhku kaku. Hatiku berdegup kencang. Gestu memanggil namaku dengan suaranya yang lembut, ia lalu berjalan kehadapanku. Aku tak sanggup melihat matanya, tak sanggup melihat tatapannya yang begitu tajam.

“Rizkirahmadania Putri, maafkan aku, aku terlalu egois. Aku memang kekanak-kanakan. Aku memang belum bisa mengerti perasaanmu. Maaf Ti. Aku memang tidak sempurna. Aku.. Aku.. aku salah Ti, kamu ga salah. Aku baru sadar, selama ini kamu yang selalu mengalah. Aku selalu ingin dimengerti tapi aku ga bisa ngertiin kamu, aku selalu ingin dipercaya tapi ga bisa mempercayai kamu, aku selalu ingin dimaafkan, tapi aku sendiri ga bisa memaafkan. Titi jangan pergi yaa dari Gestu. Gestu sayang Titi! Sayang banget!”
Kalimat itu ‘Gestu sayang Titi’ kalimat yang aku tunggu. Aku benar-benar tidak bisa berbicara. Tubuhku sangat kaku. Hati ini... rasanya.. abstrak.. entahlah, apakah ini senang atau terharu. Sungguh abstrak.
“Hmm, iya Ges gapapa ko, Titi juga sayang Gestu”kataku dengan suara yang sedikit gagap. Gestu langsung memeluk ku. Saat itu pula turun hujan, mungkin langit ikut senang melihat kami berdua yang sedang senang.
“Ti, Gestu sayang Titi, Titi sayang Gestu. Kita bakal selamanya bersama kan ?”
“haha Gestu bisa aja... iya Ges, selamanya!”
“Aku anterin kamu pulang yaa”
“Ga usah Ges, aku pulang sendiri aja, hati-hati yaa Ges”
“Okee, kamu juga yaa, laff Ti”
“Laff you too Ges!” Gestu lalu menyium keningku, dan pergi.

Setibanya dirumah, aku langsung menelfon Gestu. Tetapi, nomornya tidak aktif, hmm aku berfikir mungkin dia masih dalam perjalanan. Tapi selama itukah ? aku sudah menghubunginya 10 kali dalam satu jam. Gestu tetap tidak menjawabnya. Aku mulai khawatir, jantungku berdegup sangat kencang. Entah mengapa, tiba-tiba banyak kenangan yang terlintas diotakku. Hujan tak kunjung berhenti, membuat hatiku semakin bimbang. Akhirnya ada telfon masuk. Itu adalah nomor Gestu, tetapi setelah diangkat anehnya bukan Gestu yang berbicara, akan tetapi itu adalah Bundanya. Setelah menerima telfon, aku langsung jatuh tak berdaya, aku menangis, Mamah langsung menghampiriku, dan menenangkanku, tapi aku tidak bisa tenang dengan situasi seperti ini. Aku langsung berlari menuju rumah sakit dekat rumah Gestu. Aku berlari. Sesampainya didepan ruang UGD, Gestu sudah tiada. Gestu Rosmayadi Asad-ku. Kata maaf tadi siang, adalah kata maaf terakhir dari Gestu. Bye my lovely boy... you will always be in my hearts, Ges.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar